Alkisah di suatu desa tinggalah seorang petani yg sederhana, dia tinggal di sebuah gubuk sederhana bersama seorang anak laki-lakinya dan seekor kuda jantan piaraannya.
Suatu ketika, kuda bapak petani itu lepas dari kandang dan tidak pulang selama beberapa hari. Karena mendengar hal itu, tetangga bapak petani merasa kasihan, dan mencoba menyampaikan rasa belasungkawanya kepada bapak tani. Dia berkata: "pak, saya ikut berbelasungkawa ya atas kepergian kudamu". Lantas, bapak petani menjawab: "saya tidak tahu saya sedang untung atau rugi sekarang, hanya Tuhan yang tahu"
1minggu berlalu, dan pada hari yang ke delapan ternyata si kuda pulang kembali ke rumah bapak petani dan ia tidak sendiri! Melainkan membawa 'pacar'nya. Tidak tanggung-tanggung dia membawa 4 kuda betina yg masih liar, sekonyong-konyong petani itu menjadi kaya, kudanya sekarang menjadi 5 ekor. Mendengar hal itu, tetangga petani datang lagi dan berkata pada bapak tani: "pak, saya sungguh ikut bahagia, kuda bapak sudah kembali bahkan dia membawa temannya, selamat ya"
Bapak tani menjawab lagi: "saya tidak tahu saya sedang untung atau rugi sekarang, hanya Tuhan yang tahu"
Beberapa hari kemudian anak bapak tani tersebut berniat untuk melatih 4 kuda yang masih liar itu supaya lebih jinak, namun sialnya, terjadi suatu kecelakaan pada sang anak, ia jatuh dari kuda sehingga kakinya patah dan tidak bisa jalan. Sekali lagi tetangganya datang dan berkata: "pak, saya ikut sedìh, ternyata justru karena kedatangan kuda-kuda baru anakmu jadi celaka" dan lagi bapak tani menjawab: "saya tidak tahu saya sedang untung atau rugi sekarang, hanya Tuhan yang tahu"
40 hari kemudian, perang melanda negara itu, dan pemerintah mengumumkan wajib militer bagi setiap pemuda yg sehat jasmani. Untuk ke sekian kali tetangga petani datang mengunjungi dan berkata: "wah untung saja anakmu patah kakinya sehingga dia tidak dibolehkan ikut wajib militer, coba kakinya sehat, dia akan ikut berperang dan mungkin dia bisa cacat, atau bahkan mati karenanya" lagi-lagi bapak petani menjawab: "saya tidak tahu saya sedang untung atau rugi sekarang, hanya Tuhan yang tahu"
Sebuah teladan sederhana yg nampaknya mudah namun sangat sulit dilakukan oleh kita dalam hidup keseharian kita: Sikap tulus dan berserah diri akan kehendak Bapa.
Sebagai pemuda katolik, kitapun telah membaca, mendengar, melihat teladan dari bunda kita Santa Perawan Maria, dengan berkata : "aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataan-Mu itu" sebuah pernyataan iman luar biasa yang tidak mungkin dilakukan seorang manusia biasa tanpa pendampingan roh kudus. Kenapa luar biasa? Sebenarnya Maria sendiri tahu bahwa dengan "mengandung tanpa seorang ayah" dia akan menghadapi banyak cela dari tetangganya, dan itu juga mengancam nyawanya, namun dia begitu setia pada kehendak Bapa, sehingga dia menerima hal itu tanpa syarat.
Akankah kita sanggup melakukan hal yg sama jika seandainya suatu saat Tuhan meminta suatu hal yg berat dalam hidup kita? Sanggupkah kita menerima segala sesuatu yang bisa menjadi kehendak-Nya? Sanggupkah kita tidak menolak apapun yang jadi rencana-Nya?
Dalam belajar akan hal ini saya sendiri terus berpegang pada kata-kata bunda Teresa dari kalkuta: "God doesn't require us to succeed, He only requires us to try" (Tuhan tidak memanggil kita untuk sukses, Dia memanggil kita untuk setia)
29 March 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 kesan:
Post a Comment